Selasa, 15 Maret 2016

Merenungi Kembali: Jadi Ikhwan Jangan Cengeng

Jadi Ikhwan jangan cengeng
Dikasih amanah pura-pura batuk
Nyebutin satu persatu kerjaan biar dikira sibuk
Afwan ane sakit... Afwan PR ane numpuk
Afwan ane banyak kerjaan, kalo nggak selesai bisa dituntut
Afwan ane ngurus anu ngurus itu jadinya suntuk
Terus dakwah gimana? Digebuk?

Jadi Ikhwan jangan cengeng
Dikit-dikit dengerin lagunya edcoustic
udah gitu yang nantikanku di batas waktu, bikin nyelekit
Ke-GR-an tuh kalo ente melilit
Kesehariannya malah jadi genit
Jauh dari kaca jadi hal yang sulit
Hati-hati kalo ditolak, bisa sakit

Jadi Ikhwan jangan cengeng
Dikit-dikit SMSan sama akhwat pake Paketan SMS biar murah
Rencana awal cuma kirim Tausyiah
Lama-lama nanya kabar ruhiyah.. sampe kabar orang rumah
Terselip mikir rencana walimah?
Tapi nggak berani karena terlalu wah
Akhirnya hubungan tanpa status aja dah

Jadi Ikhwan jangan cengeng
Abis nonton film palestina semangat membara
Eh pas disuruh jadi mentor pergi entah kemana
Semangat jadi penontonnya luar biasa
Tapi nggak siap jadi pemainnya... yang diartikan sama dengan hidup sengsara
Enak ya bisa milih-milih yang enaknya aja

Jadi Ikhwan jangan cengeng
Ngumpet-ngumpet buat pacaran
Ketemuan di mol yang banyak taman
Emang sih nggak pegangan tangan
Cuma lirik-lirikkan dan makan bakso berduaan
Oh romantisnya, dunia pun heran
Kalo ketemu Murabbi atau binaan
Mau taruh di mana tuh muka yang jerawatan?
Oh malunya sama Murabbi atau binaan?
Sama Allah? Nggak kepikiran
Yang penting nyes nyes romantis semriwing asoy-asoy-an

Jadi Ikhwan jangan cengeng
Disuruh infaq cengar-cengir
Buat beli tabloid bola nggak pake mikir
Dibilang kikir marah-marah dah tuh bibir
Suruh tenang dan berdzikir
Malah tangan yang ketar-ketir
Leher saudaranya mau dipelintir!

Jadi Ikhwan jangan cengeng
Semangat dakwah ternyata bukan untuk amanah
Malah nyari Aminah
Aminah dapet, terus Walimah
Dakwah pun hilang di hutan antah berantah
Dakwah yang dulu kemanakah?
Dakwah kawin lari... lari sama Aminah
Duh duh… Amanah Aminah
Dakwah... dakwah
Kalah sama Aminah

Jadi Ikhwan jangan cengeng
Buka facebook liatin foto akhwat
Dicari yang mengkilat
Kalo udah dapet ya tinggal sikat
Jurus maut Ikhwan padahal gak jago silat
“Assalammu’alaykum Ukhti, salam ukhuwah... udah kuliah? Suka coklat?”
Disambut baik sama ukhti, mulai berpikir untuk traktir Es Krim Coklat
Akhwatnya terpikat
Mau juga ditraktir secara cepat
Asik, akhirnya bisa jg ikhtilat
yaudah.. langsung TEMBAK CEPAT!
Akhwatnya mau-mau tapi malu bikin penat
badan goyang-goyang kayak ulat
Ikhwannya nyamperin dengan kata-kata yang memikat
Kasusnya sih kebanyakan yang ‘gulat’
Zina pun menjadi hal yang nikmat
Udah pasti dapet laknat
Duh, maksiat... maksiat

Jadi Ikhwan jangan cengeng
Ilmu nggak seberapa hebat
Udah mengatai Ustadz
Nyadar diri woi lu tuh lulusan pesantren kilat
Baca qur’an tajwid masih perlu banyak ralat
Lho kok udah berani nuduh ustadz
Semoga tuh otaknya dikasih sehat

Jadi Ikhwan jangan cengeng
Status facebook tiap menit ganti
Isinya tentang isi hati
Buka-bukaan ngincer si wati
Nunjukkin diri kalau lagi patah hati
Minta komen buat dikuatin biar gak mati bunuh diri
Duh duh... status kok bikin ruhiyah mati
Dikemanakan materi yang ustadz sampaikan tadi?

Jadi Ikhwan jangan cengeng
Ngeliat ikhwan-ikhwan yang lain deket banget sama akhwat mau ikutan
Hidup jadi kayak sendirian di tengah hutan rambutan
Mau ikutan tapi udah tau kayak gitu nggak boleh.. tau dari pengajian
Kepala cenat-cenut kebingungan
Oh kasihan... Mendingan cacingan

Jadi Ikhwan jangan cengeng
Ngeliat pendakwah akhlaknya kayak preman
Makin bingung nyari teladan
Teladannya bukan lagi idaman
Hidup jadi abu-abu kayak mendungnya awan
Mau jadi putih nggak kuat nahan
Ah biarlah kutumpahkan semua dengan cacian makian
Akhirnya aku ikut-ikutan jadi preman
Teladan pun sekarang ini susah ditemukan

Jadi Ikhwan jangan cengeng
Diajakain dauroh alasannya segudang
Semangat cuma pas diajak ke warung padang
Atau maen game bola sampe begadang
Mata tidur pas ada lantunan tilawah yang mengundang
Tapi mata kebuka lebar waktu nyicipin lauk rendang
Duh... berdendang

Jadi Ikhwan jangan cengeng
Bangga disebut ikhwan, hati jadi wah
Tapi jarang banget yang namanya tilawah
Yang ada sering baca komik naruto di depan sawah
Hidup sekarang jadinya agak mewah
Hidup mewah emang sah
Tapi, kesederhanaan yang dulu berakhir sudah

Jadi Ikhwan jangan cengeng
Dulunya di dakwah banyak amanah
Sekarang katanya berhenti sejenak untuk menyiapkan langkah
Tapi entah kenapa berdiamnya jadi hilang arah
Akhirnya timbul perasaan sudah pernah berdakwah
Merasa lebih senior dan lebih mengerti tentang dakwah
Anak baru dipandang dengan mata sebelah
Akhirnya diam dalam singgasana kenangan dakwah
Dari situ bilang... Dadaaahhh... Saya dulu lebih berat dalam dakwah
Lanjutin perjuangan saya yah

Jadi Ikhwan jangan cengeng
Nggak punya duit jadinya nggak dateng Liqo
Nggak ada motor yaa halaqoh boro-boro
Murabbi ikhlas dibikin melongo
Binaan nggak ada satupun yang ngasih info
Ngeliat binaan malah pada nonton tv liat presenter homo
Adapula yang tidur sambil meluk bantal guling bentuk si komo
Oh noo…

Jadi Ikhwan jangan cengeng…

Jadi Ikhwan jangan cengeng…

Jadi Ikhwan jangan cengeng…

Jadi Ikhwan jangan cengeng…

Jadi Ikhwan jangan cengeng…


Akhi… banyak sekali sebenarnya masalah Ikhwan

Dimanapun harokahnya

Akhi... Di saat engkau tak mengambil bagian dari dakwah ini

Maka akan makin banyak Ikhwan lain yang selalu menangis di saat mereka mengendarai motor... Ia berani menangis karena wajahnya tertutup helm… Ia menangis karena tak kuat menahan beban amanah dakwah..

Akhi... Di saat engkau kecewa oleh orang yang dulunya engkau percaya

Ikhwan-ikhwan lain sebenarnya lebih kecewa dari mu. Mereka menahan dua kekecewaan: kecewa karena orang yang mereka percaya dan kecewa karena tidak diperhatikan lagi olehmu

Tapi mereka tetap bertahan, menahan dua kekecewaan. Karena mereka sadar, kekecewaan adalah hal yang manusiawi. Tapi dakwah harus selalu terukir dalam hati

Akhi... disaat engkau menjauh dari amanah dengan berbagai alasan,

Sebenarnya, banyak ikhwan di luar sana yang alasannya lebih kuat dan masuk akal berkali-kali lipat dari mu. Tapi mereka sadar akan tujuan hidup. Mereka memang punya alasan, tapi mereka tidak beralasan dalam jalan dakwah. Untuk Allah, demi Allah. Mereka, di saat lelah yang sangat, masih menyempatkan diri untuk bangun dari tidurnya untuk tahajjud, bukan untuk meminta sesuatu, tapi mereka menangis, curhat ke Allah, berharap Allah meringankan amanah mereka, mengisi perut mereka yang sering kosong karena uang habis untuk membiayai dakwah

Akhi, sungguh... dakwah ini jalan yang berat... jalan yang terjal...

Rasul berdakwah hingga giginya patah, dilempari batu, dilempari kotoran, diteror, diancam. Dakwah ini berat, akhi. Dakwah ini bukan sebatas teori, tapi pengalaman dan pengamalan

Akhi, jika saudaramu selalu menangis tiap hari...

Bolehkah mereka meminta sedikit bantuanmu? Meminjam bahumu?

Berkumpul dan berjuang bersama-sama?

Agar mereka dapat menyimpan beberapa butir tangisnya, untuk berterima kasih padamu

Juga untuk tangis haru saat mereka bermunajat kepada Allah dalam sepertiga malamnya

“Yaa Allah.. Terimakasih sudah memberi saudara seperjuangan kepadaku... Demi tegaknya Perintah dan laranganMu… Kuatkanlah ikatan kami…”

“Yaa Allah, Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta kepada-Mu, bertemu dalam taat kepada-Mu, bersatu dalam da’wah kepada-Mu, berpadu dalam membela syariat-Mu.”

“Yaa Allah, kokohkanlah ikatannya, kekalkanlah cintanya, tunjukillah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan cahaya-Mu yang tidak pernah pudar.”

“Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal kepada-Mu. Hidupkanlah hati kami dengan ma’rifat kepada-Mu. Matikanlah kami dalam keadaan syahid di jalan-Mu.”

“Sesungguhnya Engkaulah Sebaik-baik Pelindung dan Sebaik-baik Penolong.

Yaa Allah, kabulkanlah. Yaa Allah, dan sampaikanlah salam sejahtera kepada junjungan kami, Muhammad SAW, kepada para keluarganya, dan kepada para sahabatnya, limpahkanlah keselamatan untuk mereka.”

Aamiin Allahumma aamiin



Tulisan ini diambil dari chat dengan salah satu kakak kelas terbaik saya di Insan Cendekia. Hendaknya tulisan ini dapat menjadi renungan bagi seluruh ikhwah para pengembang dakwah.

(Gilang AlGhifari Lukman, Fathi Haqqani Fachrudin, Muhammad Taufik, Mujahid Bina Alfikri, Muhammad Ilham, Akmal Reza Ahkam, Muhammad Hafidz Fauzan, Muhammad Helmi Risansyauqi, Muhammad Azka Widyanto, Adam Syammas Zaki, Muhammad Imam Adi Wicaksana, Muhammad Nur Huda, Rifki Muhammad, Muhammad Fadhil, Zidna Qoulan Tsaqila, Febri Rizki Dwi Satriyo Pamungkas, Muhammad Iqbal Alfarisi, Muhammad Fauzan, Izzuddin Baqi, Asror Aryowirawan, dkk)

(Muhammad Naufal Haidar, Khairul Fadhil Andio, Farhan Rifqi Kotsara, Ahmad Yasin Habibi, Muhammad Patu Fakhri Fadlan, Muhammad Azhar Fakhri, Abi Nubli Albajili, Daudi Fathan, Fahrul Muhammad Razi, Muhammad Raihan Albar, Muhammad Iqbal, Dzikra Aulia, Rizky Dhanizar, Muhyiddin Syarif, Adam Muhammad, Muhammad Fathun, Enjang Khoruman AM, Abdurrohman Sidiq, Muhammad Alfian Hilmi Aziezi, Muhammad Fachri Fadhilah, Nugraha Akbar, Fadhila Rahmat Firmansyah, Hilmy Maulana Yusuf, Achmad Yusuf, Salman Yusuf, Muhammad Fathanah, Muqsith Adib Athallah, Fadhil Abdul Ghafar dkk)

1 comments :