Sabtu, 27 September 2014

Indonesia Tetap Satu

Monumen Kresek namanya. Monumen bersejarah ini merupakan peninggalan dan sebagai saksi bisu atas peristiwa tragis di Madiun. Ya, peristiwa tentang keganasan PKI tahun 1948. Monumen dan relief ini berada 8 km ke arah timur dari kota Madiun dengan luas 2 hektar.

Tidak jauh dari monumen ini juga terdapat prasasti batu yang mengukir nama-nama prajurit TNI dan para pamong desa yang gugur dalam pertempuran melawan PKI di desa Kresek. Kolonel Marhadi adalah salah satu prajurit TNI berpangkat tinggi yang gugur dalam pertempuran. Namanya lalu diabadikan menjadi salah satu nama jalan di kota Madiun dan didirikan pula patungnya di alun-alun kota sebagai bentuk penghormatan. Di sebelah utara monumen kresek terdapat monumen kecil yang terbuat dari batu, mengukir nama-nama prajurit TNI dan para pamong desa yang dibantai oleh PKI.

Di kawasan ini terdapat sebuah dinding sepanjang dua meter yang bertuliskan nama-nama korban keganasan PKI yang berjumlah 17 orang, lengkap dengan patung mayat-mayat bergelimpangan di sampingnya. Di dekat dinding tersebut terdapat sebuah pendapa berukuran sekitar enam kali dua meter persegi dengan keramik warna hitam. Di sinilah terlihat dengan jelas dua kelompok patung utama di monumen ini. Dua patung tersebut dibangun di atas tebing dan dapat dicapai dengan menaiki tangga yang tidak terlalu tinggi namun cukup luas. 

Patung yang pertama berupa enam orang anak yang sedang berdiri. Dengan melihat bahasa tubuh dan raut muka, bisa disimpulkan bahwa keenam anak ini sangat ceria dengan senyum yang tersungging di bibir polosnya. Tepat di bawah sebelah kanan patung ini terdapat sebuah kolam yang cukup luas namun terlihat tak terawat.

Patung yang kedua terletak di sebelah kiri patung enam anak, yaitu patung yang menggambarkan adegan seorang pria bertubuh besar, kumis tebal, dan bermuka bengis sedang mengayunkan pedangnya ke leher seorang tua yang sedang berlutut. Orang tua ini terlihat mengenakan sarung, sorban, dan kopiah. Patung ini dianggap paling provokatif dan paling banyak mengandung pesan. Patung ini menunjukkan betapa maraknya diskriminasi dari pihak PKI terhadap para pemuka agama, khususnya agama islam yang menentang ideologi mereka. 




Setitik pesan yang bisa kita ambil dari monumen tersebut adalah bagaimana Indonesia dengan sekian banyak keyakinan, ideologi, dan agama, bisa tetap mempertahankan kesatuannya. Peristiwa yang terjadi lima dekade terakhir tidak menjadikan Indonesia berpecah belah menjadi beberapa bagian. Namun justru dengan peristiwa itu, Indonesia terus berusaha meningkatkan persatuannya dan terus menjaga keutuhan bangsa. Maka tidak sia-sialah perjuangan para pahlawan untuk menyatukan negeri ini. Indonesia tetap bersatu. Indonesia Merdeka!


Selasa, 16 September 2014

Surat dari Para Raja

Selama lebih dari empat ratus tahun Indonesia telah beralih dari kehidupan feodal menuju republik. Dahulu, hampir seluruh wilayah Indonesia dikuasai oleh berbagai kerajaan, baik kerajaan Hindu-Buddha maupun kerajaan Islam. Berbagai kebudayaan dan nilai-nilai sosial tercipta, bahkan ada yang terwariskan hingga sekarang.

Saat itu, hubungan diplomatis antar kerajaan dapat dicapai melalui berbagai media, contohnya surat. Surat-surat yang dikirimkan merupakan sarana komunikasi antar raja-raja di kepulauan Indonesia, atau raja-raja di kepulauan Indonesia dengan raja, pembesar, dan pedagang dari mancanegara. Surat-surat dikirim melalui berbagai bahasa.

Hal menarik yang bisa kita lihat dari pengiriman surat ini adalah wujud dari surat tersebut. Surat-surat itu dikirim dengan tampilan yang menarik. Kebanyakan surat terbuat dari emas. Surat-surat tersebut ditulis, dihias, dan disunggingi dengan keterampilan dan ketelitian yang sangat tinggi, mencerminkan derajat dan martabat pengirimnya.

Salah satu contoh surat tertua dan terindah yang pernah dikirim adalah surat yang ditulis oleh Sultan Iskandar Muda dari Aceh pada tahun 1615, yang ditujukan kepada Raja James I. Selain bahasanya yang indah, tiga perempat bagian surat ini menggambarkan tentang kebesaran, kekayaan, dan kemegahan wilaah Sultan Aceh. Pada bagian pokok surat, Sultan dengan halus menolak permohonan Inggris untuk berdagang dan tinggal di Tiku dan Pariaman karena negeri itu adalah negeri dusun. Solusinya, Sultan mengundang Inggris untuk berdagang hanya di wilayah Aceh.

Tidak hanya tulisan dan bahasanya yang indah, namun ukuran surat tersebut hampir mencapai satu meter. Hiasannya memperlihatkan adanya pengaruh Otoman-Turki (motif Bunga dan Madat) dan Safavi-Iran (dalam Unwan berbentuk kubah berwarna biru), namun dengan penafsiran khas pribumi. Kalimat-kalimatnya ditulis dengan rapi di atas kertas yang telah ditaburi butiran emas.

Nilai yang dapat diambil dari hal ini adalah kita bisa memetik sifat kearifan dari perbandingan apa yang telah terjadi di masa lalu dan masa sekarang. Bagaimana ketika dahulu para raja dengan sopan dan halusnya mengadakan hubungan diplomasi dengan raja lain tanpa adanya sebuah peperangan di akhirnya.

sumber : http://www.indonesiaheritage.org/ind/berita/detail/38/surat-emas-raja-raja-nusantara

Senin, 09 Juni 2014

Ini Saatnya, Kawan

Serpong, 8 Sya'ban 1435 H. Pukul 03.29

OSIS SMPIT Al-Kahfi masa jihad 2011/2012

Rasa syukurlah yang ada di benak ketika membaca satu per satu postingan yang ada di grup ini. Sesekali tergelak tertahan, sesekali pula merasa malu akan tingkah polah sendiri. Namun sekali lagi, rasa syukurlah yang terus mengalir melintasi qalbu, tersadar bahwa inilah awal langkah kita dalam mengemban amanah dakwah. 

OSIS. Dua tahun silam kita mengemban amanah ini bersama dalam suka maupun duka. Tak peduli banyaknya aral melintang, kita tetap bertahan dan istiqomah dalam mempersembahkan yang terbaik. Beribu ibrah yang sudah kita petik dari setahun itu, yang mana takkan mampu disebutkan satu per satu.

Kawan, kini masing-masing dari kita sudah berbeda jalan. Seiring berlalunya waktu, kita pun semakin dewasa dan tahu mana yang baik dan yang buruk. Tetapi, kita masih mempunyai tujuan yang sama. Biarlah ruang dan waktu memisahkan kita. Tapi yakinlah, kita sama-sama berjuang demi menggapai ridhaNya.

Sebentar lagi kita akan kembali memasuki masa jihad. Ya, kelas 11. Tahun dimana amanah itu akan kembali kita pikul. Oleh karena itu, mari kita kembali luruskan niat dan teguhkan hati, bahwa kita bisa melalui ini dengan gemilang. Jangan pernah lupakan apa saja yang telah kita dapat bersama-sama dua tahun lalu. Senantiasa perbaiki yang salah, dan tingkatkan yang benar.

********************************

Selamat untuk Muhammad Azhar Fakhri dan Tsamara Nurannisa. Bukanlah sebuah hal yang mudah untuk mengemban amanah tersebut. Namun tanamkanlah dalam hati, bahwa Allah selalu ada di sisi hambaNya yang sabar lagi tawakkal.

Sukses untuk OSPETA masa jihad 2014/2015. Sukses untuk kita semua. ALLAHUAKBAR!