Kamis, 17 September 2015

"Setiap Orang Punya Cara Masing-Masing" (2)

20.45 WIB. Kamis, 4 Dzulhijjah 1436 H - Lagi duduk di CSA, MAN Insan Cendekia Serpong

....

Singkat cerita, sang koordinator Divisi Lingkungan pun mengeluh kepada Adam. Sebuah keluhan yang agak menyindir secara keseluruhan.

"Kak, kok angkatan lu gitu sih? Sebagai kelas tiga harusnya mencontohkan yang baik dong. Apalagi yang ngelakuinnya adalah seorang pemimpin."

Begitulah kurang lebih percakapannya dengan Adam. Dan Adam sendiri tidak bisa berkata banyak.

Sebenarnya masalahnya menjadi agak rumit ketika sudah menyebut-nyebut angkatan. Dan ini merupakan bagian dari efek yang ditimbulkan. Seperti majas pars pro toto, sebagian berlaku untuk seluruhnya. Yang melakukan satu orang, tapi ternyata berefek juga pada yang lain. Tetapi kali ini saya tidak akan membahas itu.

Ada satu hal yang tertinggal ketika kita berbicara tentang 'Cara', yaitu sebuah Konsekuensi. Ternyata satu hal inilah yang nanti akan berpengaruh terhadap lingkungan sekitar. Bisa jadi menguntungkan, bisa juga merugikan. Konsekuensi inilah yang seharusnya kita pertimbangkan sebelum kita melakukan 'cara' kita. Akan jauh lebih baik jika apa yang kita lakukan dapat menjadi sebuah kebaikan bagi orang lain.

Seorang teman pernah berbicara kurang lebih seperti ini,

"Nasihat itu seperti mutiara. Setiap orang pasti menganggap sebuah mutiara itu adalah sesuatu yang berharga. Bayangkan ada seseorang yang hendak memberikan sebuah mutiara kepada kita. Kita cermati 'cara' orang itu memberikan mutiaranya kepada kita. Bisa jadi ia memberikannya dengan lembut, bisa jadi ia memberikannya dengan tergesa-gesa, bisa juga ia memberikannya dengan melemparkannya hingga terkena wajah kita. Apapun 'cara'nya, apa yang diberikannya kepada kita tetaplah sebuah mutiara."

Memang cukup menarik jika kita mengamati 'cara' seseorang dalam menyampaikan kebaikan. Dari situ kita sadar bahwa kita masih hidup bersama orang-orang yang baik. Semoga dengan adanya kita di lingkungan yang baik, maka diri kita akan terbawa pula untuk menjadi pribadi yang lebih baik.


Kamis, 10 September 2015

"Setiap Orang Punya Cara Masing-masing"

20.36 WIB, Kamis 24 Dzulqa'dah 1436 H - Gedung F, MAN Insan Cendekia Serpong

"Cara elu ngehargain orang ngga gini, Baq!"
"Kaga, Dam. Gua udah ngomong sebelumnya. Gua beda sama elu, dan ini cara gua, Dam!"

Kurang lebih seperti itulah percakapan yang saya dengar dari kedua teman terbaik saya, Adam Syammas Zaki dan Izzuddin Baqi, selepas tilawah bersama se-angkatan. Mereka mempermasalahkan indikator Checklist kamar yang ditempel oleh Divisi Lingkungan untuk mengecek kebersihan kamar. Izzuddin Baqi, sang pemilik kamar, merobek indikator Checklist tersebut karena kesal kamarnya yang sudah tertata rapi tapi masih juga kena Checklist. Adam Syammas Zaki, yang tidak suka dengan sikap Izzuddin Baqi tersebut, langsung mengingatkannya dan terjadilah percakapan di atas. Ketika itu saya sedang berada di tengah-tengah mereka berdua.

Bukan masalahnya yang saya cermati, tapi substansi dari percakapan mereka berdua. Mereka membicarakan tentang "Cara".

Menyampaikan kebaikan sebenarnya merupakan suatu hal yang menurut saya sangat mulia. Butuh keberanian dan keterampilan dalam melakukannya. Dan untuk menguasai hal itu, kita mesti belajar. Sebuah kebaikan yang kita sampaikan kepada orang lain, belum tentu orang lain itu akan menerimanya dengan baik. Kita butuh sebuah 'cara' agar hal-hal baik yang kita sampaikan dapat diterima oleh orang tersebut. 

Dan cara itu cukup kita cari di dalam diri kita sendiri.

Saya tidak akan membahas 'cara' milik Adam maupun Baqi. Saya hanya ingin menyampaikan apresisasi saya terhadap mereka berdua yang punya idealisme yang tinggi. Dan saya yakin, mereka sudah menemukan 'cara' mereka masing-masing.

Intinya, hendaknya kita punya keinginan untuk saling mengingatkan satu sama lain, agar kita tidak termasuk orang-orang yang merugi.

"Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang saling nasehat-menasehati supaya menaati kebenaran, dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran." (QS. Al-Ashr: 3)




Adam (kiri) dan Baqi (kanan) - Idealisme berbeda, namun tetap satu cita